
Menyapa Gerimis Bulan April
Menikmati gerimis pada latar senja yang luruh menjelang malam, bagaikan membaca puisi-puisi tentangmu dengan bibir bergetar.
Menikmati gerimis pada latar senja yang luruh menjelang malam, bagaikan membaca puisi-puisi tentangmu dengan bibir bergetar.
Begitu banyak perbedaan membuatku semakin paham. Kita hanya sedang berperan. Menjelma dua insan yang memilih jalan untuk saling merelakan.
Bukan otak atau hati, apalagi rumah tak berpenghuni. Ini hanyalah secawan puisi, kosong di segala sisi. Selamat menikmati!
Coba ceritakan, di episode mana aku terlihat tidak menyayangimu ?
Puisi kontemplasi kala meneguk kopi menjelang pagi!
Aku hanya ingin menepi sebentar. Dari riuh isi kepala, Yang entah apa maunya.
Puisi syarat makna menggambarkan tentang " kesendirian" tidak akan menuntun melewati ragam warna kehidupan, hadirnya sosok sahabat diharapkan
Sebenarnya aku ingin kau rindukan, tapi nyaliku tak cukup berani untuk bisa mengatakan :)
Lantunan doa, lantunan puisi, dan tulisan yang berceceran. Lalu kurang apa lagi?. Oh iya, kurang kau yang menemani.
Di belahan langit timur, di antara pendar cahaya yang berkelap-kelip itu, kusenandungkan syair rindu untukmu.