Apakah bunda penasaran, kenapa orang tua baru, atau para ibu yang baru melahirkan sering berkomunikasi dengan bayinya? Pada artikel kali ini kita akan membahas hasil penelitian pakar perkembangan anak, mengenai manfaat para ibu berbicara kepada bayinya.
Ada yang bilang itu adalah hal yang alami. Ibu yang baru melahirkan, merasa senang, lega dan haru setelah sembilan bulan hamil akhirnya bisa menggendong dan memandang langsung anaknya.
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, naluri berbicara dengan bayi memiliki tujuan untuk mengajarkan bayi komunikasi. Sehingga saat ada bahaya, bayi bisa mengerti dan menyesuaikan diri. Berikut tiga manfaat orang tua berbicara dengan anak sejak bayi, Simak ya Bun!
1. Mengajarkan Tata Bahasa Ibu ke Anak
Otak bayi menyerap semua yang didengar dan berusaha menangkap pola dari bahasa yang didengarnya. Hebat sekali kan Bun!
Kemampuan ini berasal dari area otak, yang sama sekali berbeda saat orang dewasa belajar bahasa. Bukan hanya tata bahasa saja yang diserap dalam periode ini, akan tetapi dialek dan nada bahasa yang dimiliki Ibu. Tidak heran anak – anak yang berbicara bahasa kedua di usia dini, akan memiliki logat yang mirip dengan penutur asli bahasa tersebut.
Sedangkan anak – anak yang belajar bahasa kedua saat menjelang dewasa, akan kesulitan untuk mendapatkan logat atau pelafalan yang mirip dengan penutur asli bahasa tersebut.
Baca Juga:Â Golden Age pada Anak, Ayah Bunda Wajib Tahu!
2. Memperluas Pertumbuhan Otak Anak
Semakin banyak kosa kata yang dimiliki oleh anak, akan semakin banyak pula jaringan otaknya yang terbentuk. Semakin sering satu kata diulang dan didengarkan ke anak dalam berbagai contoh kalimat, maka akan semakin kompleks jaringan otak anak yang terbentuk.
Arsitektur otak yang besar dan kompleks ini, akan menjadi modal bagi anak dalam belajar. Secara tidak langsung, akan memiliki manfaat dan efek pada point ketiga.
Baca Juga:Â 6 Manfaat Membacakan Cerita pada Anak
3. Meningkatkan Peluang Kesuksesan Anak di Masa Depan
Dengan seringnya ibu berbicara ke anak, maka akan semakin banyak pula kosakata yang dimiliki olehnya. Data dari penelitian menunjukkan, jumlah kata yang digunakan dalam interaksi antara bayi dan orang tua akan berbeda pada setiap kelompok ekonomi.
Orang tua dalam garis kemiskinan, menggunakan 11 juta kata dalam interaksi dengan bayinya. Orang tua kelompok kelas pekerja, menggunakan 24 juta kata. Sedangkan orang tua kelompok atau kelas profesional memiliki 43 juta kata yang digunakan dalam interaksi dengan anak mereka.
Lebih lanjut data tersebut menyimpulkan bahwa perkembangan terbaik untuk anak bukan ditentukan oleh ras, jumlah mainan yang dibelikan orang tua, bukan ditentukan oleh lingkungan tempat tinggal mereka, bukan ditentukan oleh uang, tetapi ditentukan oleh interaksi orang tua dengan anak.
Data ini sangat mengejutkan. Ada perbedaan 32 juta kata yang diucapkan oleh Mama Papa dari kelas profesional ke anak mereka dibandingkan dengan bayi dari Mama Papa yang berada dalam garis kemiskinan yang hanya mengucapkan 11 juta kata ke anak mereka.
Solusi yang ditawarkan dari data penelitian tersebut juga tidak mahal, hanya dengan meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak. Untuk Bunda ketahui, dengan berdasar penelitian ini, pemerintah Kanada mengeluarkan program untuk mengajarkan cara berinteraksi dengan anak ke orang tua baru.
Ah jadi sebenarnya Tuhan itu Maha Adil ya, untuk keberhasilan anak, Tuhan berikan gratis, hanya duduk bersama anak dan berinteraksi dengan anak, sambil benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan anak.Â
Senada dengan apa yang menjadi pesan utama di pusat pendidikan anak usia dini Harvard, yaitu untuk melakukan interaksi timbal balik dengan anak supaya bisa meningkatkan arsitektur otak anak yang akan berperan besar dalam keberhasilan anak di masa depan.
Nah sekarang Bunda tambah semangat deh untuk berbicara dengan dedek bayinya. Apalagi mengingat tiga manfaat berbicara dengan anak sejak bayi tersebut.
Baca Juga:Â 7 Tips Melatih Anak Untuk Berpuasa, Dimulai Sejak Balita!
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.
0 Comments